Airis Ayunisa

Suplemen vitamin untuk anak, perlu ngga sih?




Kalau ada anak balita yang cenderung langsing, pasti deh sang ibu pernah diberondong pertanyaan-pertanyaan – yang sekali dua kali masih bisa diacuhkan, tapi lama-lama bisa bikin gusar juga – entah dari orangtua, mertua, saudara, atau teman. Seperti, "Susah ya maemnya", "Minum susunya banyak gak?", "Vitaminnya apa?....lho kok gak dikasih vitamin? Kasih dong, biar doyan makan dan minum susu.......". Kok, seperti ada aturan tak tertulis bahwa anak-anak seyogyanya mengkonsumsi vitamin tambaha, ya?! Tambahan lagi, sekarang ini orangtua ’dibombardir’ oleh berbagai iklan suplemen yang masing-masing mengklaim paling tokcer meningkatkan nafsu makan, daya tahan tubuh anak, dll.

What’s the fuss about vitamin?
Apa sih fungsi sebenarnya dalam tubuh manusia? Lalu, apakah bayi dan anak-anak ’wajib’ mengkonsumsi suplemen vitamin?

Apa sih fungsi sebenarnya dalam tubuh manusia? Lalu, apakah bayi dan anak-anak ’wajib’ mengkonsumsi suplemen vitamin?

Fungsi suplemen – baik vitamin maupun mineral – sejatinya hanya lah untuk melengkapi (kalau ada) kekurangan vitamin dan mineral dalam tubuh. Jadi suplemen vitamin sama sekali tidak dapat digunakan untuk menggantikan vitamin alami (yang diperoleh dari makanan). Satu jenis makanan memiliki kombinasi berbagai jenis vitamin dan zat-zat lain (seperti nutrisi utama, mineral, sampai antioksidan) yang diperlukan oleh tubuh. Misalnya, jeruk tidak hanya kaya akan vitamin C, tapi juga ada asam folat, kalsium, dan serat; lalu telur selain tinggi protein juga mengandung vitamin D, E, bahkan A dan B.

Fungsi Vitamin Bagi Tubuh
Sebelum berpolemik tentang perlu tidaknya suplemen bagi anak, sebaiknya orangtua tahu lebih dulu apa sebenarnya fungsi vitamin bagi tubuh. Vitamin, bersama-sama dengan mineral, merupakan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil tetapi asupannya harus teratur dan dalam jumlah yang pas, agar tubuh dapat tumbuh dan berfungsi secara normal. Berbagai proses biologis tubuh memerlukan vitamin agar dapat bekerja dengan baik, seperti pertumbuhan, proses pencernaan, kesigapan mental dan ketahanan tubuh terhadap infeksi. Dalam proses-proses tersebut vitamin berfungsi sebagai katalis untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Sebagian besar jenis vitamin memang tidak diproduksi sendiri oleh tubuh, kecuali vitamin K yang dibuat oleh bakteri ’baik’ yang ada dalam usus. Jadi, memang harus ’diambil’ dari luar. Sumber terbaik untuk vitamin (dan mineral) adalah makanan. Itulah mengapa pola makan manusia, baik anak-anak maupun dewasa, harus beragam dan seimbang - sesuai dengan piramida makanan. Tak lain, agar tubuh memperoleh asupan vitamin secara lengkap.

Kekurangan vitamin membuat tubuh tidak dapat ’bekerja’ sebagaimana mestinya. Terutama bagi anak-anak, kekurangan vitamin menyebabkan pertumbuhan mereka terganggu. Tetapi, kelebihan asupan vitamin pun bukannya tak beresiko bagi kesehatan. Kelebihan vitamin yang larut air, seperti vitamin C, biotin, thiamin (B1), riboflavin (B2), niacin (B3), asam pantotenat (B5), pyridoxine (B6), asam folat (B9) dan cobalamin (B12) , memang akan dibuang melalui urin. Tetapi ini juga berarti membuat ginjal bekerja lebih keras. Sementara kelebihan vitamin yang larut lemak (vitamin A, D, E, K) akan disimpan dalam jaringan lemak tubuh dan hati. Akumulasi lebihan vitamin ini dapat menjadi racun bagi tubuh.

Lalu, kapan saat yang tepat untuk memberikan suplemen vitamin?
Ketika anak memang membutuhkannya. Bila selera makan anak cukup luas dan menu hariannya lengkap, pemberian suplemen vitamin sebenarnya tak perlu. Anak baru dikatakan memerlukan suplemen vitamin bila; Anak tidak memperoleh asupan vitamin yang cukup. Misalnya, anak mengalami gangguan penyerapan zat gizi atau anak picky eater (sempit selera makannya).

Anak sedang sakit. Ketika anak sakit, tubuhnya memerlukan lebih banyak zat gizi dari biasanya. Padahal anak yang sakit cenderung kurang suka makan, akibatnya asupan gizinya (termasuk vitamin) berkurang. Pada kondisi seperti itu, tubuh anak perlu ’dibantu’ dengan memberikan suplemen vitamin. Anak yang sedang dalam pengobatan TBC misalnya, perlu diberi suplemen vitamin untuk membantu proses penyembuhan.

Anak yang baru sembuh dari sakit, dapat diberi suplemen. Namun bila kondisi kesehatan anak makin membaik, pemberian suplemen sebaiknya dikurangi dan dihentikan ketika anak sudah benar-benar sehat dan selera makannya kembali normal.

Anak picky eater, susah/tidak mau makan, kurus atau berat badan sulit naiknya, sebenarnya juga tak bisa dijadikan ’pembenaran’ untuk memberikan suplemen vitamin secara rutin. Karena suplemen bukan the real solution bagi masalah-masalah tersebut. Langkah utama yang harus ditempuh orangtua adalah berupaya agar selera makan anak menjadi luas, mencari penyebab anak menjadi susah/tidak mau makan, atau mencari tahu mengapa berat badan anak sulit naik. Untuk sementara, kekurangan vitamin dalam tubuh anak memang dapat dipenuhi melalui suplemen, sambil orangtua berupaya menyelesaikan masalah sebenarnya.

Sama seperti orang dewasa, bayi dan anak-anak juga punya preferensi terhadap jenis-jenis makanan. Kalau anak hanya sesekali menjadi picky (siapa tahu dia sedang ingin makanan yang menyegarkan, misalnya...?), sedangkan secara umum selera dan pola makannya baik, rasanya terlalu berlebihan jika orangtua khawatir anaknya akan kekurangan vitamin. Menganggap suplemen dapat meningkatkan nafsu makan anak juga tidak rasional.

Suplemen vitamin bukan untuk meningkatkan nafsu makan anak, karena memang tidak ada vitamin yang membuat anak jadi doyan makan. Banyak faktor yang menyebabkan anak menjadi susah/tidak mau makan. Mungkin anak bosan dengan menu hariannya, mau tumbuh gigi, sedang ada masalah psikologis, atau sedang sakit. Anak yang mengalami gangguan jantung atau terkena silent ISK (infeksi saluran kemih), juga dapat mengalami gangguan selera makan atau sulit naik berat badan. Bila kondisi kesehatan anak baik, otomatis selera makannya pun akan baik.

Pertumbuhan anak, umumnya dilihat dari penambahan berat dan tinggi badan anak. Maka tak heran, kalau orangtua jadi khawatir bila berat badan anaknya tidak/sulit naik. Tapi, anak langsing pun belum tentu mengalami kurang gizi, lho. Selain melihat grafik pertumbuhannya, orangtua juga harus melihat perkembangan anak. Walaupun kenaikan berat badan anak tidak signifikan (atau malah tetap), tetapi tinggi badannya naik dengan signifikan, kemampuan motorik kasar dan halusnya baik, juga perkembangan otaknya meningkat pesat, maka sesungguhnya orangtua belum perlu untuk khawatir. Bisa jadi anak cenderung langsing dan tinggi karena faktor keturunan. Selain itu, orangtua juga perlu memperhatikan gerak tubuh anak sehari-hari. Anak yang sangat aktif, tentu saja menghabiskan lebih banyak energi. Wajar lah kalau berat badannya jadi sulit naik, atau kalaupun naik sedikit sekali.
Bila Anak Memerlukan Suplemen, Jenis Apa Yang Aman?

Yang paling baik tentu memberikan suplemen vitamin sesuai dengan kebutuhan anak, maksudnya bila anak kekurangan vitamin D, berikan lah vitamin D. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan lebih dulu dengan dokter. Terutama bagi bayi, apalagi yang masih ASI eksklusif, orangtua jangan sembarangan memberikan suplemen vitamin tanpa rekomendasi dokter. Akan jauh lebih baik bila ibu menerapkan pola makan sehat dengan gizi seimbang, agar kualitas ASI yang diproduksinya menjadi lebih baik, daripada mengambil jalan pintas dengan memberikan suplemen vitamin. Sesungguhnya, ASI sudah mengandung vitamin dan mineral dalam komposisi yang lengkap. Jadi, ibu-ibu yang masih menyusui –terlebih yang masih memberikan ASI eksklusif- tak perlu khawatir si kecil kekurangan vitamin dan mineral.

Kalaupun orangtua ingin memberikan suplemen vitamin kepada anaknya, menurut AAP (American Academy of Pediatrics) 1 dosis suplemen multivitamin per hari tidak membahayakan. Dengan catatan, tiap dosis suplemen tersebut tidak melebihi angka kecukupan gizi (RDA/Recommended Daily Allowance), meskipun kelebihan itu hanya untuk satu jenis vitamin atau mineral. Dan jangan pilih suplemen yang memiliki kandungan megadosis (dosis besar). Bahkan idealnya, suplemen multivitamin itu (seharusnya) kandungannya lebih rendah dari AKG (angka kecukupan gizi).

Bagi anak batita, lebih aman suplemen multivitamin yang berbentuk cair karena tablet kunyah berpotensi membuat anak tersedak. Jangan sekali-kali berbohong kepada anak dengan mengatakan suplemen vitamin sebagai permen, karena ini akan mendorong anak ingin mengkonsumsi semaunya. Dan, simpan suplemen di tempat yang tidak dapat dijangkau anak. Perlakukan suplemen vitamin layaknya obat.

Satu hal yang harus orangtua ingat, vitamin bukan satu-satunya yang diperlukan oleh tubuh. Sungguh ironis bila orangtua begitu getol memberi anaknya suplemen, dengan alasan agar kebutuhan vitamin dan mineralnya terpenuhi, tetapi tidak berupaya untuk memperbaiki pola makan anak. Karena vitamin dan mineral akan mubazir tanpa adanya kecukupan zat gizi utama seperti karbohidrat, protein (hewani dan nabati), maupun lemak. (EG) (source :http://ibudananak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=261&Itemid=9

0 Comments

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post